Pages

Kamis, 09 Juni 2011

Bag II

Kami selalu bersama.
Kami  selalu bertukar cerita, saling memahami satu sama lain layaknya seorang kakak-adik...
Bercanda gurau, menghibur satu sama lain, saling membantu, dan sebagainya...
Tapi mungkin karena itulah perasaan ini muncul...
Akhirnya aku menyadari.. Perasaan yang sakit dan menyesakkan.
Aku menyukainya.
Tepatnya perasaan suka yang berbeda, perasaan suka yang layaknya sepasang adam dan hawa.

Tapi aku tak bisa apa-apa.. sebab aku takut...
Takut satu ucapan saja dapat mengubah kedekatan kami.
Betapa hal ini begitu mengguncangkanku.
Makanya aku berniat mempertahankan keadaan ini. Aku memilih tetap menjadi sahabatnya.
Aku selalu membayangkan, bagaimana jika seandainya kami menjadi pasangan kekasih. Tapi aku tak akan pernah bisa membayangkan, bagaimana jika seandainya perasaan yang terus kupendam ini suatu waktu akan mennghancurkan persahabatan kami.
Aku menyukainya.. sungguh...
Memang benar, bahwa orang yang tidak bisa mengutarakan  perasaannya adalah seorang yang pengecut!
Tapi bagaimana mungkin aku membiarkan perasaan ini kelak akan merusaknya juga!?
Aku tak mau itu!
Apalagi jika melihat kenyataan bahwa aku ini seorang perempuan!
Aku tidak sepede gadis lain, yang dengan kerennya berani mengutarakan perasaannya tanpa takut apa jawaban atau anggapan yang akan mereka terima nanti.
Aku benci diriku sendiri!

Minggu, 10 April 2011

Bag I

Dia adalah orang yang terpenting bagiku.
Kelas 1 SD, aku melihatnya.
Kelas 3 SD, pertama kali berkenalan.
Kelas 5 SD mulai berteman.
Kelas  2 SMP, merasakan namanya suka.
Ketika masuk SMU, mempertahankan persahabatan.
Waktu masuk SMP tubuhnya meninggi. Kini, ia memilih masuk SMU yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sebeb kebiasaan jeleknya yang sering kesiangan. Memang hal yang sepele, tapi itu penting pasti terlihat karena ada di sebelahnya.

Benar-benar deh... Karena baik pada semua orang, dia selalu saja terlihat kerepotan!
Dia cowok yang baik,, sangat baik malah. Tapi dia juga semberono.
Aku tidak suka dengan perilakunya yang semberono itu!
Tapi sampai sekarang pun, aku masih tetap menyukainya dengan alasanku sendiri.

Minggu, 19 Desember 2010

Semuanya Berakhir

Hari itu, Shin dimakamkan...
Gerimis.. Hujan turun menghantarkan pelayatan Shin. Bahkan langit pun menangis. T_T
Sebenarnya aku tak bisa pergi.. Aku tidak menyangka, karena aku Shin benar-benar telah tiada. Hatiku sakit dan kacau. Dengan lemah, aku tetap mengunjungi pelayatan itu.. Aku tak bisa melewatkan satu pun hal-hal apa pun menyangkut Shin.

Beberapa hari berlalu hingga saat ini tiba. Aku tak tahu harus bagaimana...
Rasanya aku tak bisa hidup tanpa Shin.. Aku tak mampu melakukan apa pun. Hidupku lebih kacau rasanya, dibanding sebelum aku bertemu dengannya.
Tapi aku juga tidak bisa ikut dengannya. Aku tidak mungkin mati bunuh diri hanya karena keegoisanku.
Nyawaku.. Nyawa ini tetap ada sebab diselamatkan oleh Shin.
Shin egois!
Shin..
Aku mencintainya. Aku mencintainya seumur hidupku!
Sampai kapan pun, sampai aku mati, tidak akan ada yang bisa menggantikannya dihatiku.

Dan kini, aku hidup dengan ayahku. Perlahan-lahan sikapnya mulai melunak dan baik padaku. Lalu tiap beberapa waktu, aku selalu mengunjungi rumah Shin. Sekedar menyapa keluarganya atau mengenang kembali dirinya.
Dan mulai hari ini, aku berusaha menjalani hidupku apa adanya.
Aku percaya, kelak di akhirat nanti..
Aku dan Shin akan bersama selamanya.
Walau pun di dunia, hidupku harus berakhir seperti ini tanpa cintaku.

Kenyataan pahit

Di rumah sakit itu, Ibu dan kakak Shin datang. Mereka menangis tersedu-sedu.
Hatiku memberontak.. Air mataku jatuh lebih deras tak terhankan lagi...

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Ibu  Shin datang memelukku.. Dia berusaha menenangkanku saat ia sendiri sudah bisa mengendalikan dirinya. Lalu melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku dari wajahku.
Setelah itu, kakak Shin mulai berkata banyak padaku..
"Sebenarnya Shin sakit, dia di diagnosa dokter bahwa akan meninggal beberapa bulan yang lalu sesaat setelah bertemu denganmu. karena penyakit yang dideritanya, kanker otak. Tetapi suatu keajaiban hal itu tidak terjadi! Setelah bertemu denganmu, keadaan Shin malah semakin membaik. Kami senang, kami percaya... bahwa karena dirimulah Shin dapat bertahan beberapa waktu lagi untuk masih bersama kami. Kami tahu Shin sangat menyayangimu. Maka itu kami rela, jika hendak Shin benar-benar telah tiada kami akan merelakan kepergiannya. Itu karena dari awal kami sudah ikhlas, kami hanya mencemaskan dirimu saja... Hanya aku tak menyangka.. Adikku ternyata benar-benar hebat.. Bukan karena penyakit yang di deritanya tetapi karena menolong gadis yang dicintainya. Dia pasti bisa hidup tenang disana. Jangan sedih.. Tuhan pasti punya rencana lain.. Dan kalalu kamu tidak keberatan, kamu bisa mengunjungi kami kapan saja. Bagaimana pun kamu sudah menjadi bagian dari keluarga, pintu rumah kami akan selalu terbuka untukmu. Shin pasti akan sangat senang dengan hal ini..."
Kalimat-kalimat yang diucapkan kakak Shin menghanyutkan diriku..
Aku.. Aku...

Kemudian ayahku datang lalu dibawanya aku kembali ke rumah.

Jangan Tinggalkan Aku!

Aku berusaha melepaskan cengkraman ayah dari tanganku. Dan akhirnya, cengkramannya benar-benar bisa lepas. Aku berlari, terus berlari menjauhi ayah. Tiba-tiba aku melihat Shin dari pinggir jalan itu, dan tanpa menghiraukan kendaraan aku terus berlari... Tapi Shin juga terus berlari menuju jalan itu.
Tiba-tiba,,, brakkkk... Shin mendorongku lalu aku jatuh terselungkur. Sakit....
Tapi sedetik itu pula, aku menengadah dan berbalik kepadanya... dan tepat dihadapanku truk menabrak dirinya.
Ugh.. Dia terluka parah dan mengeluarkan banyak darah.
DIA TEWAS SEKETIKA. Aku shock.. Ini tak mungkin. (Aku menyimpan tanganku di dadaku)
"Aaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhh......", air mataku jatuh.. hatiku sakit.. sakit sekali. Jantungku berdetak kencang, kencang sekali...
"Tidak.. tidak.. tidak... Tidak mungkin! Dia tidak boleh mati! Dia tidak boleh tiba-tiba meninggalkanku! Jangan... jangan... jangan pergi... Jangan mati!... Aku mohon, bangunlah!", aku berlari lalu mendekati lalu memeluknya dan aku terus berusaha membangunkannya!
"Shin, bangun... bangun... Jangan tidur di sini!"..
Orang-orang berlari mengerumuniku dan Shin, mereka bergegas memanggil ambulan dan polisi. Orang-orang itu berusaha menarikku dan melepaskan Shin. Tapi aku tak bisa melepaskannya.
"Ayo lepaskan dia.. dia sudah meninggal", begitu kata mereka. Kata-kata itu menghancurkanku.
Tiba-tiba tubuhku lemas dan aku melepaskan pelukanku dari Shin. Lalu ambulan datang dan membawa Shin pergi.
Tubuhku berlumuran darah Shin.. Aku tak bisa bergerak, aku tak punya kekuatan untuk berdiri. Dan tiba-tiba, ayah datang dan menarikku. Berusaha menopangku untuk berdiri.
Sirene mobil ambulan menghanyutkan batinku. Aku melepaskan diriku dari topangan ayah, aku berlari ketika mobil ambulan yang membawa Shin mulai bergerak perlahan meninggalkan keramaian ini.
"Jangan pergi...", aku berteriak, sesaat sebelum mobil itu hendak melaju lebih jauh dariku. Tiba-tiba mobil berhenti, dan aku masuk di dalamnya.
Saat sampai di rumah sakit, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Shin dibawa pergi oleh perawat-perawat itu.
 

Copyright © AIHIMA diary's. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver